Blognya Anak ManaGemenT

Aksi Pong Bentuk Kegelisahan Rakyat

Posted by Naziri Andanta (Mekhanai Kesih) On Senin, 02 Agustus 2010 0 komentar

JAKARTA--MI: Terakhir, atap kura-kura Gedung DPR-RI sempat diduduki mahasiwa pada hari-hari terakhir menjelang lahirnya Orde Reformasi, 10 Mei 1998.

Berselang 12 tahun, atap gedung yang sering digunakan untuk mengadakan rapat paripurna tersebut, kembali diduduki oleh rakyat yang 'gerah' ingin menyampaikan suara. Dan kali ini tidak butuh beribu-ribu orang, cukup satu orang yang dengan aksinya mampu mewakili cerminan kegelisahan rakyat atas ketidakbecusan kerja pemerintah.

Sendirian, Pong Harjatmo mulai manaiki atap hijau tersebut. Sekitar pukul 12.00 siang, tepat di tengah atap, dengan mengenakan kemeja putihnya, aktor kawakan tersebut mulai mencorat-coret atap tersebut dengan cat semprot berwarna merah. Hasil coretan pun terlihat, bertuliskan JUJUR ADIL TEGAS.

"Hari ini saya habis mencoret-coret atap gedung DPR. Ini sebagai shock treatment bagi para pemimpin rakyat itu. Saya kesal melihat pemerintah yang tidak becus bekerja," ungkap Pong saat diwawancara di kantor Media Indonesia seusai melakukan aksinya, Jakarta, Jumat (30/7).

Dirinya mengaku sudah mencapai puncak kekesalan terhadap Pemerintah. Salah-satu pemicunya yaitu melihat kelakuan negatif para wakil rakyat yang duduk di kursi DPR-MPR RI.

"Belum setahun bertugas sudah sering absen. Gaji tetap penuh, tapi disiplinnya tidak ada," cetusnya.

Belum lagi, lanjutnya, sikap pemerintah yang selalu mengambangkan berbagai masalah. Dimana, banyak kasus yang tidak cepat dituntaskan seperti halnya kasus Century, yang makin hari makin tidak jelas. "Kejujuran, Keadilan dan Ketegasan makin hari makin hilang," ujarnya.

Pong mengungkapkan bahwa yang paling menyedihkan adalah melihat nasib janda-janda pahlawan yang diperkarakan pengadilan. Ditambah, kasus gas 3 kilogram yang banyak memakan korban dan menyebarkan teror di masyarakat, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan hasil dari ketidakberesan pemerintah mengimplementasikan kebijakannya.

"Saya sangat miris melihat janda pahlawan yang diperkarakan. Belum lagi gas tiga kilogram yang meledak sana-sini, yang memakan banyak korban. Itu sama saja menyebarkan teroris dimana mana," katanya.

Saat ini, berbagai bentuk suara rakyat sudah tidak dihiraukan oleh pemerintah. Baik demo rakyat maupun sindiran di berbagai media masa dan elektronik pun hanya angin lalu bagi pemerintah. Itulah yang membuat Pong memilih untuk menunjukkan aksinya dengan cara mencorat-coret atap tersebut.

"Bicara tidak didengar, menulis juga tidak didengar, sentilan-sentilan di acara-acara TV hanya dinikmati saja. Ya sudah, saya coret saja parlemen tertinggi itu agar didengar. Dengan ini akan langsung menyindir mereka," katanya.

Dalam aksinya tersebut, Pong sempat ditangkap oleh Petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR. Namun, ia pun dibebaskan dengan syarat tidak boleh corat-coret lagi dan mengganti kerugian biaya cat.

Menurutnya, aksi nekatnya ini dinilai tidak akan merugikan bangsa dan negara. Gerakannya murni ingin menyampaikan apa yang juga dirasakan oleh rakyat banyak. Diharapkan rakyat akan termotivasi, dan pemerintah berkaca diri dan cepat memperbaiki diri mereka.

"Saya bukan menghujat, menginjak foto presiden atau membakar bendera Merah-Putih. Anjuran saya hanya itu, kalau jadi pemimpin harus jujur, adil dan tegas, itu saja. Insya Allah rakyat mendukung saya." (*/OL-2)

0 komentar:

Posting Komentar

Mohom Komentar nya yA temAn.....

Karena sayA jugA masih Tahap Belajar....

Thanks 4 ALL